Selasa, 14 Mei 2013

Tugas 5 (Ilmu Budaya Dasar)

Jelaskan dasar pandangan hidup yang berasal dari keyakinan dan kepercayaan!
Jawab:
            Menjadi dasar pandangan hidup yang berasal dari akal atau kekuasaan Tuhan, ada 3 aliran filsafat yaitu:
a.    Aliran Naturalisme
Hidup manusia itu dihubungkan dengan kekuatan gaib yang merupakan kekuatan tertinggi, kekuatan gaib itu dari natur dan itu dari Tuhan. Manusia adalah ciptaan Tuhan karena itu manusia mengabdi pada Tuhan melalui ajaran-ajaran agama.
b.    Aliran Intelektualisme
Dasar aliran ini adalah logika/akal (kalbu yang berpusat dihati) “hati nurani” maka keyakinan manusia itu bermula dari akal.
c.    Aliran Gabungan
Dasar aliran ini adalah kekuatan gaib yang berasal dari Tuhan sebagai dasar keyakinan sedangkan akal adalah dasar kebudayaan yang menentukan benar tidaknya sesuatu yang dinilai berdasarkan akal, baik sebagai logika berpikir maupun rasa/hati nurani. Apabila dasar keyakinan itu kekuatan gaib dari Tuhan dan akal berimbang maka akan menghasilkan pandangan hidup sosialisme-religius, kebijakan yang dikehendaki adalah kebijakan menurut logika berpikir dan dapat diterima hati nurani, semuanya itu berkat karunia Tuhan.

Tugas 4 (Ilmu Budaya Dasar)

Apa yang dimaksud dengan pandangan hidup bagi manusia dan asalnya dari apa?
Jawab:
            Pandangan hidup merupakan suatu pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia.
            Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya.
Pandangan hidup ada 3 macam:
1.    Pandangan hidup yang berasal dari agama, yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya
2.    Pandangan hidup yang berupa ideologi, yaitu disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada Negara.
3.    Pandangan hidup berdasarkan renungan, yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.

Tugas 3 (Ilmu Budaya Dasar)


Faktor Terjadinya Perubahan Kebudayaan

Perubahan kebudayaan adalah suatu keadaan dalam masyarakat yang terjadi karena ketidak sesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga tercapai keadaan yang tidak serasi fungsinya bagi kehidupan. Semua terjadi karena adanya salah satu atau beberapa unsur budaya yang tidak berfungsi lagi, sehingga menimbulkan gangguan keseimbangan didalam masyarakat. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian yaitu: kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi dan filsafat bahkan perubahan dalam bentuk dan aturan-aturan organisasi sosial. Perubahan kebudayaan akan berjalan terus-menerus tergantung dari dinamika masyarakatnya.
Ada faktor-faktor yang mendorong dan menghambat perubahan kebudayaan yaitu:
  • Mendorong perubahan kebudayaan
Adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi mudah berubah, terutama unsur-unsur teknologi dan ekonomi (kebudayaan material). Adanya individu-individu yang mudah menerima unsur-unsur perubahan kebudayaan, terutama generasi muda. Adanya faktor adaptasi dengan lingkungan alam yang mudah berubah.
  • Menghambat perubahan kebudayaan
Adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi sukar berubah seperti: adat istiadat dan keyakinan agama (kebudayaan non material). Adanya individu-individu yang sukar menerima unsur-unsur perubahan terutama generasi tua yang kolot.
Ada juga faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kebudayaan :
1. Faktor intern
  • Perubahan demografis
Perubahan demografis disuatu daerah biasanya cenderung terus bertambah, akan mengakibatkan terjadinya perubahan diberbagai sektor kehidupan, contoh dibidang perekonomian: pertambahan penduduk akan mempengaruhi persedian kebutuhan pangan, sandang, dan papan.
  • Konflik sosial
Konflik sosial dapat mempengaruhi terjadinya perubahan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Contoh konflik kepentingan antara kaum pendatang dengan penduduk setempat di daerah transmigrasi, untuk mengatasinya pemerintah mengikutsertakan penduduk setempat dalam program pembangunan bersama-sama para transmigran.
  • Bencana alam
Bencana alam yang menimpa masyarakat dapat mempngaruhi perubahan contoh bencana banjir, longsor, letusan gunung berapi masyarakat akan dievakuasi dan dipindahkan ketempat yang baru, disanalah mereka harus beradaptasi dengan kondisi lingkungan dan budaya setempat sehingga terjadi proses asimilasi maupun akulturasi.
  • Perubahan lingkungan alam
Perubahan lingkungan ada beberapa faktor misalnya pendangkalan muara sungai yang membentuk delta, rusaknya hutan karena erosi atau perubahan iklim sehingga membentuk tegalan. Perubahan demikian dapat mengubah kebudayaan hal ini disebabkan karena kebudayaan mempunyai daya adaptasi dengan lingkungan setempat.
2. Faktor ekstern
  • Perdagangan
Indonesia terletak pada jalur perdagangan Asia Timur dengan India, Timur Tengah bahkan Eropa Barat. Itulah sebabnya Indonesia sebagai persinggahan pedagang-pedagang besar selain berdagang mereka juga memperkenalkan budaya mereka pada masyarakat setempat sehingga terjadilah perubahan budaya dengan percampuran budaya yang ada.
  • Penyebaran agama
Masuknya unsur-unsur agama Hindhu dari India atau budaya Arab bersamaan proses penyebaran agama Hindhu dan Islam ke Indonesia demikian pula masuknya unsur-unsur budaya barat melalui proses penyebaran agama Kristen dan kolonialisme.
  • Peperangan
Kedatangan bangsa barat ke Indonesia umumnya menimbulkan perlawanan keras dalam bentuk peperangan, dalam suasana tersebut ikut masuk pula unsur-unsur budaya bangsa asing ke Indonesia.

sumber :

Tugas 2 (Ilmu Budaya Dasar)

   Jelaskan konsep kepribadiaan bangsa timur!
Jawab:
Kepribadian Bangsa Timur
Kepribadian Bangsa Timur merupakan suatu karakter yang mencerminkan masyarakat yang menganut budaya dari Timur (Asia & Timur-Tengah), yang menunjukkan ke-khasan dan pola pikir dan kebiasaan yang terdapat di daerah Timur.
Kepribadian bangsa timur pada umumnya merupakan kepribadian yang mempunyai sifat tepo seliro atau memiliki sifat toleransi yang tinggi.
Dalam berdemokrasi bangsa timur umumnya aktif dalam mengutarakan aspirasi rakyat. Seperti di negara Korea, dalam berdemokrasi mereka duduk sambil memegang poster protes dan di negara Thailand, mereka berdemokrasi dengan tertib dan damai.
Kepribadian bangsa timur juga identik dengan tutur kata yang lemah lembut dan sopan dalam bergaul maupun dalam berpakaian. Terdapat ciri khas dalam berbagai negara yang mencerminkan negara tersebut memiliki suatu kepribadian yang unik. Misalnya masyarakat Indonesia khususnya daerah Jawa. Sebagian besar mereka bertutur kata dengan lembut dan sopan. Dan terdapat beberapa aturan atau larangan yang tidak boleh dilakukan menurut versi orang dulu yang sebenarnya menurut orang Jawa itu suatu nasihat yang membangun. Misalnya tidak boleh duduk di depan pintu. Hal tersebut merupakan ciri khas kepribadian yang unik.
Bangsa timur juga memiliki kebudayaan yang masih kental dari negara atau daerah masing-masing. Masih ada adat-adat atau upacara tertentu yang masih dilaksanakan oleh bangsa timur. Misalnya bangsa Indonesia masih banyak yang melaksanakan upacara-upacara adat dan tarian khas dari masing-masing daerah. Contohnya daerah Bali yang masih melaksanakan tarian khas daerahnya yaitu tarian pendet, kecak, tarian barong.

Tugas 1 (Ilmu Budaya Dasar)


Jelaskan tentang kebudayaan
Jawab:
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung, pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adapt istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat.

Pandangan Hidup Orang Sunda

Orang Sunda seperti orang Indonesia lainnya/umumnya berpandangan bahwa hidup manusia bukan hanya berlangsung di dunia ini saja melainkan juga di dunia sana setelah manusia meninggal. Hal ini mempengaruhi dengan kuat tingkah laku orang Sunda, apa lagi mereka pada umumnya beragama Islam, yang mengajarkan antara lain bahwa setiap orang bertanggung jawab atas tingkah lakunya yang baik ataupun ygng tidak baik. Hal inilah yang ditanamkan sejak keciJ oleh orang tua pada anak, membuat orang Sunda dengan tegas membedakan antara yang baik dan yang tidak baik. Pepatah ke arah sana misalnya cita-cita orang Sunda pada umumnya adalah ; "cageur, bageur" (sehat, normal) dan baik hati, kadang-kadang diteruskan dengan "bener, pinter serta jujur", sering pula dilengkapi dengan "pangger, teger, singer dan wanter".

Hal-hal yang dilarang banyak ditunjukkan dengan kata "pamali" misalnya pamali menikah mendahului kakak (yang disebut calutak). Yang melanggar pamali akan ditimpa kemalangan, yang sebenarnya didatangkan agar dia sadar Di antara yang harus atau sebaiknya dilakukan agar hidup kita selamat di samping melakukan kewajiban yang berdasarkan agama Islam adalah juga untuk melakukan talari paranti atau adat karuhun ialah kebijaksanaan sakraal yang diwariskan oleh nenek moyang antara lain upacara tradisional, sangkan salamet rahayu hirup urang. Meskipun tidak ada data tentang berapa jumJahnya orang Sunda yang beragama Islam dan yang beragama Jainnya, tetapi dapatlah dikatakan bahwa orang Sunda beragama Islam, dan hanya sedikit sekali yang beragama Katholik, Protestan, Hindu, Budha dan lain-lain.

Beberapa daerah di Jawa Barat penduduknya ada yang terkenal sangat teguh berpegang dan melaksanakan agama Islam yaitu ; Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Cianjur dan Banten. (Suhandi S.H.M., dan Edi S. Ekadiati, 1980 : 212).
Dipandang dari sejarah orang Sunda di bidang keagamaan dan kepercayaan seperti banyak suku bangsa Indonesia lainnya, pada dasarnya mengalami empatperiode yaitu masa :
- Animisme dan dinamisme.
- Hindu
- Pengislaman
- Pengaruh Katholik dan Protestan, yang dibawa oleh penguasa barat ketika mereka berkuasa di tanah air selama kurang lebih tiga setengah abad.

Pandangan-pandangan di bidang keagamaan dan keercayaan dari masa pra Islam mungkin masih terdapat dalam cara hidup orang Sunda yang sekarang kebanyakan beragama Islam.

Orang Sunda merasa bahwa hidup ini merupakan satu kesatuan kosmis dimana semua unsur-unsurnya berhubungan dan dapat saling mempengaruhi. Karena itulah banyak sekali kata "Pamali, sumpah, cadu, buyut" yaitu larangan-larangan yang diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya, yang bila dilanggar tidak hanya membawa akibat bahkan malapetaka bagi pelanggarnya, tetapi bagi seluruh masyarakat di mana ia tinggal (Hiding, I Ins : 18). Di samping larangan-Iarangan terhadap anjuran-anjuran yang akan dirasakan tidak logis kalau tidak dipandang dalam rangka satu kesatuan kosmis tersebut tadi, misalnya agar mempunyai hati yang berani kita harus memakan hati harimau. Agar tidak diganggu makhluk jahil seorang wanita yang sedang hamil harus membawa jarum atau tusuk konde atau barang-barang kecil yang tajam lainnya.

Kembali pada permasalahan pandangan hidup tadi bahwa untuk mengetahui pandangan hidup orang Sunda dapat ditelaah melalui ungkapan-ungkapan tradisional mengenai :

1) Tentang manusia sebagai pribadi ( MP )
2) Tentang manusia dengan masyarakat ( MM )
3) Tentang manusia denga alam ( MA )
4) Tentang manusia dengan Tuha ( MT )
5) Tentang manusia dengan kesejahteraan lahir dan batin (MLB)

Juga cerita-cerita rakyat berupa mithologi atau legenda.

Contoh ungkapan tradisional

1) Tentang manusia sebagai pribadi.

a. Kudu hade gogog hade tagog.
Artinya, harus baik budi bahasa dan tingkah laku.

b. Nyaur kudu diukur, nyabda kudu diungang.
Artinya, segala perkataan harus dipertimbangkan sebelum diucapkan , senantiasa mengendalikan diri dalam berkata-kata.

c. Batok bulu eusi madu.
Artinya, diluarnya buruk di dalamnya bagus. Misalnya tampaknya miskin dan bodoh, tetapi kaya atau pandai.

d. Ulah bengkung bekas nyalahan.
Artinya, tingkah laku harus tetap baik dan benar, jangan menyimpang.

e. Ulah elmu ajug.
Artinya, Orang yang hanya dapat menasehati orang lain agar berbuat baik, tetapi dia sendiri berbuat keburukan.

f. Henteu gedag bulu salambar.
Artinya, tidak merasa gentar sedikitpun menghadapi musuh.

g. Teu busik bulu salambar Artinya, pendirian yang kokoh, tidak goyah sedikitpun.

h. Sacangreud pageuh sagolek pangkek 
Artinya, teguh memegang pendirian, tidak pernah melanggar janji.

i. Indung suku oge moal dibejaan.
Artinya, harus teguh menyimpan rahasia, apalagi rahasia negara.

J. Ulah gindi pikir belang bayah.
Artinya, jangan buruk hati, jangan punya pikiran buruk terhadap sesama.

k. Hambur bacot murah congcot.
Artinya, banyak cakap, cerewet dan sering memarahi tetapi suka memberi makanan.

l. Kudu boga pikir rangkepan.
Artinya, harus punya curiga. Tidak mudah percaya kepada orang lain.

2) Tentang Manusia dengan masyarakat

a. Kudu silih asih, silih asah, silih asuh.
Artinya, di antara sesama hidup harus saling mengasihi, saling mengasah, dan saling mengasih.

b. Ngadeudeul ku congo rambut.
artinya, memberi sumbangan kecil, tetapi disertai dengan kerelaan.

c. Kawas gula jeung peueut.
artinya, hidup rukun saling menyayangi, tak pernah berselisih.

d. Ulah kawas seuneu jeung injuk.
Artinya, jangan mudah bersilisih, agar pandai mengendalikan nafsu-nafsu negatif.

e. Ulah marebutkeun balung tanpa eusi.
Artinya, jangan memperebutkan perkara yang tidak ada gunanya.

f. Pondok jodo panjang baraya.
Artinya, meskipun sebagai suami istri jodohnya pendek, hendaknya terus menjadi saudara.

g. Ulah nyieun pucuk ti girang 
Artinya, jangan mencari bibit permusuhan.

h. Ulah ngaliarkeun tale us ateul.
Artinya,jangan menyebarkan perkarayang dapat menimbulkan keburukan.

i. Ulah nyolok mata buncelik.
Artinya, jangan memberitakan sesuatu yang tidak pantas terdengar oleh orang lain.

j. Ulah biwir nyiru rombengeun
Artinya, jangan berbuat sesuatu di hadapan orang lain dengan maksud mempermalukan orang.

k. Henteu asa jeung jiga.
Artinya, karena sudah lama bergaul, sudah tidak merasa sangsi dan ragu-ragu lagi, sudah seperti dengan saudara.

l. Taraje nanggeuh dulang tinande.
Artinya, siap sedia menjalankan kewajiban, khusus seorang istri kepada suammya.

3) Manusia Dengan Alam

a. Manuk Hiber ku jangjangna, Jalma hidup ku akalna
Artinya, setiap makhluk masing-masing telah diberi cara atau alat untuk melangsungkan kehidupannya.

b. Leutik ringkang gede bugang.
Artinya, manusia itu meskipun kecil badannya, kalau meninggal dalam perjalanan, besar urusannya tidak seperti binatang.

c. Jawadah tutung briritna sacarana-sacarana.
Artinya, setiap bangsa memiliki cara dan kebiasaan olasing-masing.

4. Manusia dengan Tuhan

a. Mulih ka jati mulang ka asal.
Artinya, meninggal, asal dari Tuhan dan kembali kepada Tuhan.

b. Dihin pinasti anyar pinanggih
Artinya, segala hal yang dialami sekarang sesungguhnya sudah ditentukan dahulu, agar orang senantiasa percaya bahwa segala sesuatunya terjadi adalah kehendak Tuhan.

c. Nimu luang tina burang.
Artinya, mendapat pengalaman atau pengetahuan pad a waktu mendapat kecelakaan.

d. Buaya mangap batang liwat.
Artinya, memperoleh sesuatu yang sangat diharapkan dengan tak terdllga sebeJumnya.

5. Manusia dalam mengejar kemuliaan lahiriah.

a. Ulah pagiri-giri calik, pagirang-girang tampian.
Artinya, janganlah saling mengatasi di dalam mencari keuntungan sehingga tidak mengindahkan keselamatan bersama. Jangan berebut kekuasaan atau jabatan.

b. Kudu paheuyeuk-heuyeuk leungleun.
Artinya, harus saling menolong.

c. Ulah ngukur baju saserig awak.
Artinya,jangan mempertimbangkan sesuatu hanya dari segi kepentingan pribadi.

d. Ulah pupulur memeh mantun.
Artinya, jangan meminta upah sebelum bekerja.

e. Ulah kumeok memeh dipacok.
Artinya, kalau menghadapi pekerjaan janganlah sebeJum apa-apa sudah merasa berat.

f. Mending waleh batan leweh.
Artinya, lebih baik berterus terang dari pada terus menanggung kedukaan.

g. Mending kendor ngagembol, tinimbang gancang pincang.
Artinya, Jebih baik Jambat tetapi dengan ban yak hasilnya dari pad a cepat dengan sedikit hasil.

h. Asa mobok manggih gorowong.
Artinya, orang yang sedang mencari jalan, lalu mendapat pula pertolongan sehingga merasa senang.

I. Ulah puraga tamba kadengda.
Artinya, dalam mengerjakan suatu pekerjaan jangan asal dikeriakan saia, tetapi harus dengan sungguh-sungguh sehingga hasilnya memuaskan.

J. Batan, kapok anggur gawok.
Artinya, dari pada berhenti melakukan pekerjaan yang tidak baik, malah maki menjadi-jadi.

k. Ulah gasik nampi gancang narima.
Artinya, jangan terburu-buru menerima sesuatu, hendaknya dipikirkan dulu baik buruknya.

l. Kudu bisa lolandokan.
Artinya, pandai menyesuaikan diri.

Dari ungkapan-ungkapan di atas, orang Sunda beranggapan bahwa manusia selama hayatnya hendaknya memiliki tujuan hidup yang baik. Hidup lanpa tujuan adalah salah satu kehidupan yang mencemaskan dan karena itu senantiasa dihindari. Dalam usaha mencapai tujuan hidupnya manusia hendaknya sadar bahwa dirinya hanyalah merupakan bagian yang sangat kedil dari alam semesta. Bagian-bagian dari alam semesta, yang berada di luar diri manusia, dapat digolong-golongkan ke dalam tiga golongan besar yaitu "alam,masyarakat dan wujud super natural" setiap golongan itu mempunyai kekuatan masing-masing. Alam memiliki hukum alam, masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma-norma, wujud super natural memiliki kekuasaan untuk mengadakan dan meniadakan atau kekuasaan untuk menciptakan dan menghancurkan .

KEPERCAYAAN, RITUAL DAN PANDANGAN HIDUP ORANG JAWA

PENDAHULUAN

Jangan melupakan bagian dari negara kesatuan republik indonesia yang menyimpan banyak hal menarik. Hingga banyak peneliti terkemuka berupaya mengetahui sejarah dan budaya yang ada. Contoh saja suku jawa dan segala peradaban yang berkembang di dalamnya. Namun aneh, jika seseorang yang mengaku dirinya orang jawa merasa “pekewuh” jika dijadikan objek penelitian. Ada beberapa alasan yang mendasar, mengapa kita perlu mengetahui budaya jawa.
Pertama, seperti modern ini yaitu keterasingan masyarakat jawa terhadap nilai-nilai yang ada pada jawa itu sendiri. Tidak wajar jika kita tahu tentang dunia yang luas ini dengan segala hiruk-pikuknya namun kita melupakan kearifan dan kehalusan jawa.
Kedua, lebih bersifat teoritis, etika falsafi masa kini hampir secara eksklusif dikembangkan pada latar belakang penghayatan moral, bukan penghayatan pada suatu sistem dari yang cukup berbeda akan dapat membantu memecahkan masalah pada masa sekarang.
Kepercayaan dan pandangan hidup orang jawa, merupakan sebuah tema menarik yang perlu dikaji karena memuat banyak hal yang kurang diperhatikan akan tetapi nilai pandangan hidup ini dianggap sebagai kebudayaan asing yang kita adopsi dari agama, suku atau bahkan bangsa lain.
Dalam masyarakat jawa umumnya ada juga kebiasaan-kebiasaan yang sering dilakukan terutama pada masyarakat islam khususnya. Hal ini tidak lepas dari peran agama yang di anut oleh masyarakat jawa itu sendiri, tradisi-tradisi itu di pertahankan karena sudah terinternalisasi dari nenek moyang pada jaman dahulu ketika ajaran islam belum masuk.
         II.      RUMUSAN MASALAH
Untuk lebih memfokuskan pembahasan tema kali ini, maka kami buat rumusan masalah.
1.      apa dan bagaimana kepercayaan orang jawa ?
2.      bagaimana pandangan hidup orang jawa ?
3.      ritual apa saja yang ada dalam masyarakat jawa ?
      III.      PEMBAHASAN
A.Kepercayaan orang jawa
“kepercayaan” berasal dari kata “percaya” adalah gerakan hati dalam menerima sesuatu yang logis dan bukan logis tanpa suatu beban atau keraguan sama sekali kepercayaan ini bersifat murni. Kata ini mempunyai kesamaan arti dengan keyakinan dan agama akan tetapi memiliki arti yang sangat luas.
Kepercayaan-kepercayaan dari agama hindu, budha, maupun kepercayaan dinamisme dan animisme itulah yang dalam proses perkembangan islam berinterelasi dengan kepercayaan-kepercayaan dalam islam.[1]
“orang jawa” adalah orang yang berpenduduk asli jawa tengah dan jawa timur yang berbahasa jawa atau orang yang bahasa ibunya adalah bahasa jawa.
Membahas mengenai kepercayaan orang jawa sangatlah luas dan meliputi berbagai aspek yang bersifat magic atau ghaib yang jauh dari jangkauan kekuatan dan kekuasaan mereka. Masyarakat jawa jauh sebelum agama-agama masuk, mereka sudah meyakini adanya tuhan yang maha esa dengan berbagai sebutan diantaranya adalah “gusti kang murbeng dumadi” atau tuhan yang maha kuasa yang dalam seluruh proses kehidupan orang jawa pada waktu itu  selalu berorientasi pada tuhan yang maha esa. Jadi, orang jawa telah mengenal  dan mengakui adanya tuhan jauh sebelum agama masuk ke jawa ribuan tahun yang lalu dan sudah menjadi tradisi sampai saat ini yaitu agama kejawen yang merupakan tatanan “pugaraning urip” atau tatanan hidup berdasarkan pada budi pekerti yang luhur.
Keyakinan terhadap tuhan yang maha esa pada tradisi jawa diwujudkan berdasarkan pada sesuatu yang nyata, riil atau kesunyatan yang kemudian direalisasikan pada tata cara hidup dan aturan positif dalam kehidupan masyarakat jawa, agar hidup selalu berlangsung dengan baik dan bertanggung jawab
Kejawen adalah sebuah kepercayaan atau mungkin boleh dikatakan agama yang terutama yang dianut di pulau jawa dan suku bangsa lainnya yang menetap di jawa.
Agama kejawen sebenarnya adalah nama sebuah kelompok kepercayaan-kepercayaan yang mirip satu sama lain dan bukan sebuah agama yang terorganisir seperti agama islam atau agama kristen.
Ciri khas dari agama kejawen adalah adanya perpaduan antara animisme, agama hindu dan budha. Namun pengaruh agama islam dan agama kristen. Nampak bahwa agama ini adalah sebuah kepercayaan sinkretisme.
Pengamatan Geetz tentang mojokuto terkait profesi penduduk setempat. Penggolongan penduduk menurut pandangan masyarakat mojokuto berdasarkan kepercayaan, profesi, etnis dan pandangan politik dan di temukannya tiga inti struktur sosial yakni desa, pasar dan birokrasi pemerintah yang mencerminkan tiga tipe kebudayaan abangan, santri dan priyayi.
1.      Varian Abangan
Struktur sosial desa biasanya diasosiasikan kepada para petani, pengrajin dan buruh kecil yang penuh dengan tradisi animisme upacara slametan, kepercayaan terhadap makhluk halus, tradisi pengobatan, sihir dan menunjuk kepada seluruh tradisi keagamaan abangan
Bagi sistem keagamaan jawa slametan, merupakan hasil tradisi yang menjadi perlambang kesatuan mistis dan sosial di mana mereka berkumpul dalam satu meja menghadirkan semua yang hadir dan ruh yang gaib untuk memenuhi setiap hajat orang atas suatu kejadian yang ingin diperingati, ditebus atau dikuduskan.
Dalam tradisi slametan dikenal adanya siklus slametan : 1) yang berkisar krisis kehidupan 2) yang berhubungan dengan pola hari besar islam namun mengikuti penanggalan jawa 3) yang terkait dengan intregasi desa 4) slametan untuk kejadian yang luar biasa yang ingin dislameti. Kesemuanya betapa slametan menempati setiap proses kehidupan dunia abangan. Slametan berimplikasi pada tingkah laku social dan memunculkan keseimbangan emosional individu karena telah dislameti.
2.      Varian Santri
Mojokuto yang berdiri pada pertengahan akhir abad ke-19, jamaah muslimnya terkristal dalam latar abangan yang umum. Sementara mereka yang terdiri dari kelas pedagang dan banyak petani muncul dari utara jawa memunculkan varian santri. Perbedaan yang mencolok antara abangan dan santri adalah jika abangan tidak acuh terhadap doktrin dan terpesona pada upacara. Sementara santri lebih memiliki perhatian terhadap doktrin dan mengalahkan aspek ritual islam yang menipis.
Untuk mempertahankan doktrin santri, mereka mengembangkan pola pendidikan yang khusus dan terus menerus. Di antaranya pondok (pola santri tradisional), langgar dan masjid (komunitas santri lokal), kelompok tarekat (mistik islam tradisional) dan sistem sekolah yang diperkenalkan oleh gerakan modernis. Kemudian memunculkan varian pendidikan baru dan upaya santri memasukan pelajaran doktrin padasekolah negeri.
3.      Varian Priyayi
Dalam kebudayaan jawa, istilah priyayi atau berdarah biru merupakan satu kelas sosial yang mengacu kepada golongan bangsawan. Suatu golongan tertinggi dalam masyarakat karena memiliki keturunan dari keluarga kerajaan.
Kelompok ini menunjuk pada elemen hinduisme lanjutan dari tradisi keraton hindu-jawa. Sebagai halnya keraton, maka priyayi lebih menekankan pada kekuatan sopan santun yang halus, seni tinggi dan mistisme intuitif dan potensi sosialnya yang memenuhi kebutuhan kolonial Belanda untuk mengisi birokrasi pemerintahannya.
Kepercayaan-kepercayaan religius para abangan merupakan campuran khas penyembahan unsur-unsur alamiah secara animis yang berakar dalam agama-agama hinduisme yang semuanya telah ditumpangi oleh ajaran islam.[2]
B. Pandangan hidup orang jawa
Yang di maksud pandangan hiduporang jawa adalah pandangan secara keseluruhan dari semua keyakinan deskriptif tentang realita kehidupan yang dihadapi oleh manusia sangat bermakna dan diperoleh dari berbagai pengalaman hidup.
Berdasarkan hasil penelitian parsudi suparlan di suriname (1976) bahwa orang jawa berprinsip “sangkan paraning dumadi” (dari mana manusia berasal, apa dan siapa dia pada masa kini dan kemana arah tujuan hidup yang dijalani dan ditujunya).
Prinsip ini menyangkut dua hal, yaitu konsep eksistensi manusia di dunia dan konsep tempat manusia di dunia.
Masyarakat jawa dengan segala pandangan hidupnya memiliki karakteristik budaya yang khas, sesuai dengan kondisi masyarakatnya. Pada garis besarnya pandangan hidup orang jawa dapat dibedakan menjadi du bagian yaitu pandangan lahir dan pandangan batin. Pandangan lahir terkait dengan kedudukan seseorang sebagai makhluk individu dan sosial, sedangkan pandangan batin berkaitan dengan kedudukan seseorang sebagai makhluk individu dan sosial. Dalam hal ini pandangan jawa memiliki kaidah-kaidah yang di identifikasikan berdasarkan ungkapan-ungkapan budaya sebagai pengejawantahan nilai-nilai budaya yang didukung oleh masyarakatnya. Sebaliknya, pandangan batin terkait dengan persoalan-persoalan yang bersifat supranatural akan tetapi menduduki tempat yang penting dalam sistem budaya jawa.
Terdapat system yang menuntut untuk meminimalisasi kepentingan-kepentingan yang bersifat individu, hal tersebut didasarkan pada semangat komunal akan tetapi secara individu, seseorang di tuntut untuk memiliki kepercayaan yang kuat serta tekad dalam memperjuangkan hidup (jujur da nerimo). Ungkapan diatas merupakan kristalisasi atau bahan untuk membaca semangat hidup agar mampu menempatkan diri sebagai individu guna menjaga keberadaan kehidupan.
Secara sosial, orang jawa memiliki orientasi utama yaitu dengan menciptakan sikap yang mulia terhadap orang lain. Untuk menciptakan hal tersebut banyak orang jawa yang menghindari sikap adigang adigung, adiguna sre dengki, panas elen, wedi isin, eling lan waspodo, serta menciptakan hubungan sosial yang harmoni. Dalam hal ini melibatkan norma social seperti rukun. Tepo sliro, jujur, andap ashor dan sebagainya.
Sebenarnya tujuan serta pandangan orang jawa itu sama, yaitu untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin bagi anggotanya. Kebahagiaan tersebut diwujudkan sebagai hidup sejahtera, cukup sandang pandang, tempat tinggal aman dan tenteram. Hubungan masyarakat jawa adalah pengejawantahan yang lebih lanjut dari manusia didalam keluarga. Sedangkan hubungan dikeluarganya adalah pengejawantahan dari hubungan manusia sebagai pribadi dan orang lain.
C. Ritual masyarakat jawa
Sejak jaman awal islam, banyak sekali tradisi-tradisi yang dibirkan berlanjut tapi spirit (jiwa dan semangatnya) diubah atau disesuaikan dengan nilai-nilai islam, seperti tata cara perkawinan masyarakat Arab pra-islam banyak yang dilestarikan sekaligus diislamkan  bagian intinya. Ini yang oleh sementara ahli antrophologi budaya disebut sebagai “islamisasi tradisi” atau “islamisasi budaya”[3]
Dalam masyarakat jawa ada ritual atau tradisi yang dipertahankan misalnya dalam agama islam sendiri terdapat tradisi-tradisi seperti tahlilan, ziarah kubur, haul dan sebagainya. Kegiatan tersebut tidak lepas dari kepercayaan-kepercayaan yang dianut oleh sebagian masyarakat jawa khususnya masyarakat yang beragama islam.
Ø   Tahlilan di lingkungan masyarakat islam
Tahlil itu berasal dari kata hallala, yuhallilu, tahlilan, artinya membaca kalimah la ilaha illallah. Di masyarakat jawa sendiri berkembang pemahaman bahwa setiap ada pertemuan yang ada di dalamnya dibaca kalimah itu biasanya dilakukan di masjid, mushola, rumah, atau lapangan.
Ø   Ziarah kubur atau mengunjungi makam
Kebiasaan yang masih banyak kita lihat dan masih dipertahankan oleh masyarakat islam jawa adalah ziarah kubur. Sudah menjadi pemandangan umum di masyarakat kalau tidak kamis sore kadang jumat pagi.[4]Hal ini dilakukan karena sejak agama islam belum masuk ke jawa masyarakat jawa pun melakukan ziarah kubur namun masih dalam kepercayaan hindu-budha.
Ø   Haul
Kata “haul” berasal dari bahasa Arab, artinya setahun. Peringatan haul berarti peringatan genap satu tahun. Biasanya peringatan-peringatan seperti ini kebanyakan dilakukan oleh masyarakat islam jawa, gema haul akan lebih terasa dahsyat apabila yang meninggal itu seorang tokoh kharismatik, ulama besar atau pendiri sebuah pesantren. Rangkaian acaranya biasanya dapat bervariasi , adapengajian, tahlil akbar, mujahadah, musyawarah.[5]
       IV.      KESIMPULAN
Sebelum agama-agama masuk beribu-ribu tahun lalu orang jawa mempercayai adanya tuhan yang diwujudkan melalui hal-hal yang nyata yang disebut agama kejawen yaitu perpaduan antara animisme, agama hindu dan budha. Namun pengaruh agama islam dan agama kristen, nampak agama ini adalah sebuah kepercayaan sinkretisme.
Secara garis besar, orang jawa mempunyai tujuan yang sama yaitu mencapai kebahagiaan lahir dan batin melalui tepo seliro, unggah ungguhnya, menghormati orang lain dan selalu hidup berdampingan demi tercapainya tatanan masyarakat yang harmonis.